Cara Menghilangkan
Kenangan Buruk
Setiap orang pastinya memiliki masalalu, Baik itu yang
manis ataupun yang pahit atau kelam. Pastinya kita lebih senang bila selalu
ingat kenangan-kenangan manisitu kan, Namun terkadang
justrus kenangan pahit itu sering muncul dalam ingatan kita, sedih tentunya.
Yang jadi pembahasan kita kali ini adalah bagaimana cara
agar kenangan pahit atu massa-massa kelam hidup kita dulu tidak selalu hadir
dalam ingatan kita. para ilmuwan baru-baru ini menemukan obat untuk melupakan
semua itu. Kenangan pahit akan hilang dari ingatan dan efeknya mampu bertahan
beberapa hari sejak pemberian obat dihentikan.
Obat yang dinamakan Metyrapone ini bekerja dengan
menghambat produksi hormon kortisol. Selain memicu stres,
hormon kortisol juga memegang peran penting dalam membangkitkan kembali
kenangan-kenangan negatif yang tersimpan di dalam memori otak.
“Hasil penelitian menunjukkan jika hormon stres berkurang
maka otak lebih sulit mengingat kengangan-kenangan negatif di masa
lalu,” ungkap Dr Sonia Lupien, peneliti dari University
of Montreal seperti dikutip dari ScienceDaily, Minggu (29/5/2011).
Dr Lupien menyimpulkan hal itu setelah melakukan
eksperimen pada 33 pria dewasa yang diminta untuk membaca atau mempelajari
beberapa cerita. Ada 2 jenis cerita yang diberikan, yakni cerita dengan nuansa
netral serta nuansa negatif dalam arti menyedihkan.
Setelah mempelajari cerita tersebut, para partisipan
dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama mendapat Metyrapone dosis tunggal, kelompok kedua mendapat obat yang sama dengan
dosis ganda dan yang terakhir hanya diberi plasebo atau obat kosong.
Setelah minum obat secara rutin selama 3 hari, para
partisipan diminta menuturkan kembali cerita sedih yang dibacanya. Partisipan
yang minum Metyrapone dengan dosis ganda paling susah menceritakan kembali
sedangkan yang minum plasebo paling bagus ingatannya.
Dalam eksperimen berikutnya, Dr Lupien menghentikan
pemberian obat pada seluruh partisipan. Saat diamati kembali 4 hari kemudian,
efeknya masih sama yakni partisipan yang mendapat Metyrapone tetap sulit
mengingat cerita sedih meski sudah tidak minum obat.
Dr Lupien berharap suatu saat nanti hasil penelitiannya
bisa bermanfaat untuk mengatasi berbagai masalah kejiwaan yang berhubungan
dengan stres. Salah satunya pada orang-orang yang mengalami gangguan stres
paska trauma.
Apakah anda pernah merasakan sebagai orang yang pelupa
saat ditengah-tengah pesta yang penuh kegembiraan? Misal
saat anda bertukar nomer telepon dengan teman lama dalam sebuah acara yang
penuh canda tawa, Jika tidak anda catat sering kali langsung lupa
begitu tiba dirumah.
Dalam sebuah penelitian menunjukan, bahwa saat orang
tertawa atau dalam suasana yang gembira maka daya ingat orang itu akan
mengalami penurunan.
Lain halnya saat seorang guru matematika yang galak
menyuruh siswanya menghafal hitung-hutingan perkalian. Suasana hening yang
menegangkan kadang-kadang justru membuat ingatan lebih tajam sehingga lebih
mudah menghafal perkalian 1 sampai 100.
Penelitian yang dilakukan oleh Dr Elizabeth Martin dari University of Missouri menunjukkan,
emosi positif misalnya gembira dan senang justru mengurangi kemampuan mengingat
untuk sesaat. Meski begitu, emosi negatif juga tidak serta
merta meningkatkan daya ingat.
Dalam eksperimen yang dilakukannya, Dr Martin melibatkan
sejumlah relawan yang dibagi menjadi 2 kelompok. Satu kelompok dipertontonkan
beberapa video lucu, sedangkan kelompok yang lain dipertontonkan video tutorial pemasangan ubin yang pastinya membosankan.
Usai menonton video, seluruh pastisipan menjalani
serangkaian tes untuk mengukur daya ingat. Tes itu berupa sederet angka yang
diberikan secara lisan melalui earphone, lalu partisipan diminta menyebutkan
beberapa angka dalam deret tersebut.
Dibandingkan partisipan yang menonton video tutorial
pemasangan ubin, partisipan yang menonton video lucu lebih banyak melakukan
kesalahan. Perbedaannya cukup signifikan sehingga Dr Martin menyimpulkan bahwa
emosi positif bisa mengurangi daya ingat.
“Namun emosi positif juga tidak selamanya buruk. Meski
daya ingat menurun, seseorang yang memiliki emosi positif biasanya justru
memiliki problem solving (kemampuan memecahkan masalah) yang lebih kreatif,”
ungkap Dr Martin dalam laporannya di jurnal Cognition and Emotion, seperti
dikutip dari Medicalnewstoday, Kamis (31/3/2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar